Sabtu, 09 Februari 2013

PERUBAHAN

“Gubraakkk…!!!!” , seperti biasa, suara pintu rumahku terdengar kembali, tidak lain suara itu terjadi karena kaki nakalku yang menendang. Ya, itulah kebiasaanku setiap kali pulang sekolah.Belum sempat ganti baju, cuci tangan, dan lain sebagainya, aku pun langsung berteriak “Masak apa biik ???”. Namun tampaknya pembantuku itu kupingnya rada budek, tanpa fikir panjang aku pun berteriak lagi, “Biiikkk! Budek yaa ?”. Beberapa saat kemudian bibik datang ,” Maaf Non, tadi bibik sedang masak di dapur, ini masakan kesukaan Non Selena”. “Gak tahu orang lapar ya kamu bik, dasar pembokat !”, cetusku. Sebelum aku menyantap, aku melihat ada yang berbeda dengan menu makan siangku hari itu.Telur mata sapi setengah matang favoritku, matanya meleleh dan letaknya pun tidak pas di tengah-tengah. “Biikkk….!!,teriakku. Bibik pun datang menghampiriku,”Iya Non, ada apalagi ?, Ada yang kurang dengan makanannya ?”. “Bibik bisa lihat tidak !?,telur mata sapi pesananku matanya sudah meleleh dan rusak kaya gitu, aku jadi ga punya selera makan”, kataku dengan kasar dan marah. Bibik tampaknya sakit hati dan sedih, tetapi aku tidak mau memikirkan itu semua, toh orang tuaku sudah gaji bibik dengan sepantasnya. Tanpa berkata apa-apa, bibik pun ke dapur dan tak lama kemudian bibik datang dengan telur mata sapi yang baru,”Ini Non telurnya”.Aku pun lega karena aku tidak jadi kelaparan siang ini. “Nah gitu dong, kerja tuh yang bener…,jangan mau makan gaji buta dong !”. Makan siang pun selesai ,saatnya untuk tidur.
Bangun tidur, aku pun mandi dan aku juga dandan secantik mungkin karena sore ini aku ada acara dengan teman-temanku. Kemudian aku menelfon Devi, temanku, “Hallo Dev, jangan lupa sore ini kita jalan ke mol, jangan lupa telfon Si Clara, OK?”. “Iya Sel, aku sudah hubungi dia, nanti dia juga ke rumahku”, jawab Devi. “OK..15 menit lagi aku jemput kalian di rumah kamuDev’’. “Iya Selena, aku tunggu”, jawab Devi. Sesampainya di rumah Devi, ternyata Devi dan Clara sudah menungguku di depan rumah Devi mereka langsung naik di mobil mewahku. Sudah menjadi rutinitas kita bertiga, setiap sore kita selalu jalan-jalan keluar. Sore itu tujuan kita adalah mol, rencananya kita akan belanja. Karena menurut kita bertiga performance itu nomor satu, jadi kita selalu memakai pakaian sekali saja.Jika sudah pernah dipakai, maka kita tidak akan memakainya lagi. Tak heran kalau koleksi baju  mewah di rumahku sudah numpuk 3 almari besar.Sesampainya di mol, “Clara, Devi silahkan pilih baju sesuai yang kalian inginkan, tenang saja aku yang akan bayar semuanya”.“Oke… terimakasih Nona Selena yang cantik dan baik”, jawab mereka berdua dengan kompak.Maklumlah aku kan anak tunggal dari keluarga konglomerat yang hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan. Ternyata lelah juga setelah belanja, sebelum pulang kita pun mampir makan terlebih dahulu dan kita sempat mampir ke club juga.Tidak terasa arlojiku sudah menunjukkan jam 9 malam. Kita pun bergegas pulang karena besok pagi kita harus sekolah.
Sesampainya di rumahku ,ternyata orang tuaku sudah berada di ruang tamu, mereka tampaknya menunggu aku pulang. “Selena,,,dari mana kamu ?, anak perempuan  kluyuran malam-malam, tidak tahu aturan !!!”,cetus mamaku dengan marah. “Emangnya Selen gak salah dengar ya ma?,tiap hari mama dan papa selalu sibuk dengan urusan kalian masing-masing, sampai-sampai datang ke acara sekolahku saja tidak sempat”, balasku dengan marah juga. “Seleenn ?!”, papaku tampaknya ingin menamparku dan tiba-tiba “Plaaakkkk…!!”, tangan papaku mendarat di pipi mulusku. “Bisa-bisanya kamu berbicara seperti itu, mama dan papa sibuk itu semua demi kamu Selena, demi masa depan dan kebahagiaan kamu”, kata papaku dengan sedikit menasihati. “Tapi pa Selen kurang merasa bahagia, Selen tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari mama dan papa seperti teman-teman Selen yang lain, buat apa harta benda yang melimpah tetapi Selen tidak merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya”, begitulah jawabku denganpenuh air mata yang mengalir di pipiku. Aku pun langsung lari ke kamar, “Selen tunggu”, mamaku bermaksud ingin mengejarku akan tetapi papaku mencegahnya.
Akhirnya matahari pagi sudah terbit dan menyolok mataku, maklumlah, kamarku ada di lantai atas dan jendela kamarku ada di sebelah timur. Bibik sudah menyiapkan air panas untuk aku mandi. Seperti biasa aku menjemput kedua temanku terlebi hdahulu. Tiga wanita cantik sudah sampai di sekolah. “Teeettt…,”.Bell sekolah berbunyi, saatnya masuk kelas. Jam pertama hari ini aku harus sarapan lagi dengan matematika, pelajaran yang paling aku benci karena gurunya yang killer banget, Bu Martha, itulah namanya. “Selamat pagi anak-anak….keluarkan PR kalian, dalam hitungan kelima PR kalian harus sudah sampai di meja ibu”, begitulah kata Bu Martha. “Aduh….mati aku,,lagi-lagi aku lupa mengerjakan PR”, gumamku dalam hati. “Selena,,??!!Mana PR kamu?”. “Anu…anu bu,, PR saya ketinggalan”, jawabku dengan terbata-bata. “Sudah berapa kali kamu melalaikan PR dari ibu ?,, nanti istirahat datang keruangan ibu”, kata Bu Martha dengan wajah yang menyeramkan. “Iya bu”, begitu jawabku dengan kesal.Istirahat tiba aku pun datang ke ruang Bu Martha, dan ternyata aku diberi SP dan orang tuaku harus datang ke sekolah besok pagi.
Di rumahku malam hari ,” Ma,,Pa Selen dapat SP dari sekolah dan besok mama atau papa harus datang ke sekolah Selen menemui Bu Martha, wali kelasSelen”. “Apaa???!!!..,Selen, kamu bisanya Cuma bikin malu orang tua, setiap hari berbuat onar, kamu itu satu-satunya pewaris di keluarga ini”, kata papaku sambil memarahiku. “Pa….Selen menjadi seperti ini karena Selen ingin mama dan papa sering di rumah dan ada waktu untuk keluarga. Tak kusangka sebelumnya, mama memelukku dengan penuh kasih sayang aku seneng dan kaget dengan kejadian malam itu karena hal ini jarang sekali terjadi. “Iya nak,, mama yang salah ,mulai besok mama dan waktu akan sempatkan waktu untuk Selen dan besok mama juga akan datang ke sekolah kamu”,begitulah kata mamaku yang ikut menangis dan membelai rambutku. Setelah itu aku belajar dan berusaha menghilangkan rasa malasku, tak lupa ku kerjakan pula PR dari Bu Martha.
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan aku pun mengerjakan sesuatu yang belum pernah kulakukan sebelumnya yaitu menata kamar, menyiapkan air panas dan memakai sepatu sendiri. Saat aku ingin keluar kamar, bibik sudah di depan pintu kamarku yang bermaksud ingin membangunkanku, bibik tampak dengan wajah yang cemas dan takut jika aku marah. “Non, maafkan bibik karena tidak sempat membangunkan Non Selen”, kata bibik dengan penuh ketulusan. “Tidak apa-apa bik, mulai sekarang Selen akan belajar mandiri dan Selen juga akan mengerjakan semua pekerjaan Selen sendirian”, kataku dengan tulus sambil memeluk dan meminta maaf kepada bibik. Wajah bibik tampak sangat ceria dengan perubahanku.
Aku tidak tahu dengan kehidupanku, mengapa aku harus menyakiti orang lain agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik. Tetapi mungkin inilah jalanku untuk menuju perubahan yang lebih baik. Masa depanku masih panjang, tak sepantasnya aku bertingkah seperti kemarin. Selena yang sekarang kini menjadi Selena yang mandiri dan dewasa.