PERUBAHAN
“Gubraakkk…!!!!”
, seperti biasa, suara pintu rumahku terdengar kembali, tidak lain suara itu terjadi
karena kaki nakalku yang menendang. Ya, itulah kebiasaanku setiap kali pulang sekolah.Belum
sempat ganti baju, cuci tangan, dan lain sebagainya, aku pun langsung berteriak
“Masak apa biik ???”. Namun tampaknya pembantuku itu kupingnya rada budek, tanpa
fikir panjang aku pun berteriak lagi, “Biiikkk! Budek yaa ?”. Beberapa saat kemudian
bibik datang ,” Maaf Non, tadi bibik sedang masak di dapur, ini masakan kesukaan
Non Selena”. “Gak tahu orang lapar ya
kamu bik, dasar pembokat !”, cetusku. Sebelum aku menyantap, aku melihat ada
yang berbeda dengan menu makan siangku hari itu.Telur mata sapi setengah matang
favoritku, matanya meleleh dan letaknya pun tidak pas di tengah-tengah.
“Biikkk….!!,teriakku. Bibik pun datang menghampiriku,”Iya Non, ada apalagi ?,
Ada yang kurang dengan makanannya ?”. “Bibik bisa lihat tidak !?,telur mata sapi
pesananku matanya sudah meleleh dan rusak kaya
gitu, aku jadi ga punya selera makan”,
kataku dengan kasar dan marah. Bibik tampaknya sakit hati dan sedih, tetapi aku
tidak mau memikirkan itu semua, toh orang tuaku sudah gaji bibik dengan sepantasnya.
Tanpa berkata apa-apa, bibik pun ke dapur dan tak lama kemudian bibik datang
dengan telur mata sapi yang baru,”Ini Non telurnya”.Aku pun lega karena aku tidak
jadi kelaparan siang ini. “Nah gitu dong, kerja tuh yang bener…,jangan mau
makan gaji buta dong !”. Makan siang pun selesai ,saatnya untuk tidur.
Bangun
tidur, aku pun mandi dan aku juga dandan secantik mungkin karena sore ini aku ada
acara dengan teman-temanku. Kemudian aku menelfon Devi, temanku, “Hallo Dev,
jangan lupa sore ini kita jalan ke mol, jangan lupa telfon Si Clara, OK?”. “Iya
Sel, aku sudah hubungi dia, nanti dia juga ke rumahku”, jawab Devi. “OK..15
menit lagi aku jemput kalian di rumah kamuDev’’. “Iya Selena, aku tunggu”,
jawab Devi. Sesampainya di rumah Devi, ternyata Devi dan Clara sudah menungguku
di depan rumah Devi mereka langsung naik di mobil mewahku. Sudah menjadi rutinitas
kita bertiga, setiap sore kita selalu jalan-jalan keluar. Sore itu tujuan kita adalah
mol, rencananya kita akan belanja. Karena menurut kita bertiga performance itu nomor satu, jadi kita selalu
memakai pakaian sekali saja.Jika sudah pernah dipakai, maka kita tidak akan memakainya
lagi. Tak heran kalau koleksi baju mewah
di rumahku sudah numpuk 3 almari besar.Sesampainya di mol, “Clara, Devi
silahkan pilih baju sesuai yang kalian inginkan, tenang saja aku yang akan bayar
semuanya”.“Oke… terimakasih Nona Selena yang cantik dan baik”, jawab mereka berdua
dengan kompak.Maklumlah aku kan anak tunggal dari keluarga konglomerat yang
hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan. Ternyata lelah juga setelah belanja,
sebelum pulang kita pun mampir makan terlebih dahulu dan kita sempat mampir ke club juga.Tidak terasa arlojiku sudah menunjukkan
jam 9 malam. Kita pun bergegas pulang karena besok pagi kita harus sekolah.
Sesampainya
di rumahku ,ternyata orang tuaku sudah berada di ruang tamu, mereka tampaknya menunggu
aku pulang. “Selena,,,dari mana kamu ?, anak perempuan kluyuran malam-malam, tidak tahu aturan
!!!”,cetus mamaku dengan marah. “Emangnya
Selen gak salah dengar ya ma?,tiap
hari mama dan papa selalu sibuk dengan urusan kalian masing-masing,
sampai-sampai datang ke acara sekolahku saja tidak sempat”, balasku dengan marah
juga. “Seleenn ?!”, papaku tampaknya ingin menamparku dan tiba-tiba
“Plaaakkkk…!!”, tangan papaku mendarat di pipi mulusku. “Bisa-bisanya kamu berbicara
seperti itu, mama dan papa sibuk itu semua demi kamu Selena, demi masa depan dan
kebahagiaan kamu”, kata papaku dengan sedikit menasihati. “Tapi pa Selen kurang merasa bahagia, Selen tidak bisa mendapatkan kasih
sayang dari mama dan papa seperti teman-teman Selen yang lain, buat apa harta benda
yang melimpah tetapi Selen tidak merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya”,
begitulah jawabku denganpenuh air mata yang mengalir di pipiku. Aku pun
langsung lari ke kamar, “Selen tunggu”, mamaku bermaksud ingin mengejarku akan tetapi
papaku mencegahnya.
Akhirnya
matahari pagi sudah terbit dan menyolok mataku, maklumlah, kamarku ada di
lantai atas dan jendela kamarku ada di sebelah timur. Bibik sudah menyiapkan
air panas untuk aku mandi. Seperti biasa aku menjemput kedua temanku terlebi hdahulu.
Tiga wanita cantik sudah sampai di sekolah. “Teeettt…,”.Bell sekolah berbunyi,
saatnya masuk kelas. Jam pertama hari ini aku harus sarapan lagi dengan matematika,
pelajaran yang paling aku benci karena gurunya yang killer banget, Bu Martha, itulah namanya. “Selamat pagi anak-anak….keluarkan
PR kalian, dalam hitungan kelima PR kalian harus sudah sampai di meja ibu”,
begitulah kata Bu Martha. “Aduh….mati aku,,lagi-lagi aku lupa mengerjakan PR”,
gumamku dalam hati. “Selena,,??!!Mana PR kamu?”. “Anu…anu bu,, PR saya ketinggalan”,
jawabku dengan terbata-bata. “Sudah berapa kali kamu melalaikan PR dari ibu ?,,
nanti istirahat datang keruangan ibu”, kata Bu Martha dengan wajah yang menyeramkan.
“Iya bu”, begitu jawabku dengan kesal.Istirahat tiba aku pun datang ke ruang Bu
Martha, dan ternyata aku diberi SP dan orang tuaku harus datang ke sekolah besok
pagi.
Di
rumahku malam hari ,” Ma,,Pa Selen dapat SP dari sekolah dan besok mama atau
papa harus datang ke sekolah Selen menemui Bu Martha, wali kelasSelen”.
“Apaa???!!!..,Selen, kamu bisanya Cuma bikin
malu orang tua, setiap hari berbuat onar, kamu itu satu-satunya pewaris di
keluarga ini”, kata papaku sambil memarahiku. “Pa….Selen menjadi seperti ini karena
Selen ingin mama dan papa sering di rumah dan ada waktu untuk keluarga. Tak kusangka sebelumnya, mama memelukku dengan penuh kasih
sayang aku seneng dan kaget dengan kejadian malam itu karena hal ini jarang
sekali terjadi. “Iya nak,, mama yang salah ,mulai besok mama dan waktu akan
sempatkan waktu untuk Selen dan besok mama juga akan datang ke sekolah
kamu”,begitulah kata mamaku yang ikut menangis dan membelai rambutku. Setelah
itu aku belajar dan berusaha menghilangkan rasa malasku, tak lupa ku kerjakan
pula PR dari Bu Martha.
Pagi-pagi
sekali aku sudah bangun dan aku pun mengerjakan sesuatu yang belum pernah
kulakukan sebelumnya yaitu menata kamar, menyiapkan air panas dan memakai
sepatu sendiri. Saat aku ingin keluar kamar, bibik sudah di depan pintu kamarku
yang bermaksud ingin membangunkanku, bibik tampak dengan wajah yang cemas dan
takut jika aku marah. “Non, maafkan bibik karena tidak sempat membangunkan Non
Selen”, kata bibik dengan penuh ketulusan. “Tidak apa-apa bik, mulai sekarang
Selen akan belajar mandiri dan Selen juga akan mengerjakan semua pekerjaan
Selen sendirian”, kataku dengan tulus sambil memeluk dan meminta maaf kepada
bibik. Wajah bibik tampak sangat ceria dengan perubahanku.
Aku
tidak tahu dengan kehidupanku, mengapa aku harus menyakiti orang lain agar aku
bisa menjadi orang yang lebih baik. Tetapi mungkin inilah jalanku untuk menuju
perubahan yang lebih baik. Masa depanku masih panjang, tak sepantasnya aku
bertingkah seperti kemarin. Selena yang sekarang kini menjadi Selena yang
mandiri dan dewasa.